Ketika helai rambutku mulai terhitung, saat itu aku mungkin sudah sangat renta. Berjalan sedikit membungkuk, dengan kaki yang mulai rapuh. Aku masih akan sama. Tetap sama. Masih akan menunggumu pulang, menunggu suara langkah kakimu yang baru pulang kerja. Jangan khawatir, hidangan makan malam masih akan tersaji untuk kita, untuk dinikmati sambil berbincang tentang hari sebelum petang. Aku masih akan tetap mendengarkan keluh kesahmu tentang ruanganmu, tumpukan kerjamu, dan mereka yang mengganggu makan siangmu. Masih akan sama.
Saat itu, ketika hari mulai redup dan cahaya bulan berpendar di kerai jendela, aku akan menghitung berapa banyak hari itu engkau tersenyum, mulai dari membangunkanku, hingga saat engkau kembali menjaga lelap tidurku. Lalu, aku akan menyimpannya sebagai kekuatan untukku, melewati hari tua yang hanya milik kita saja. Hingga saat rambutku tak lagi hitam, atau tinggal tulang saja, aku masih akan sama. Tetap sama-untuk merindukanmu. Merindukan hari-hari saat kita menikmati senja, kau meminum secangkir kopi, dan aku meneguk sedikit air di gelas putih. Hingga saat itu tak kita sadari, nanti masih akan sama. Semoga.
Parangtambung, 06 Oktober 2013
0 Response to "Rambutku tak Lagi Hitam"
Post a Comment