Rintik Nostalgia

Suara berdentum-dentum dari rintik-rintik hujan terdengar lagi, riuh dan terjatuh rapi. Di balik dinding putih aku bersembunyi, mengintip dicelah-celah deretan kaca; kusam penuh debu di permukaan. Seperti biasa, ingatan tentang kisah lama terkuak lagi ketika dia datang. Menjadi realita yang harus kuhadapi, bahwa aku masih harus terkurung masa lalu, bahwa aku berdiri disini, tetapi setengah jiwaku masih menunggu disana. Seperti.

Rintik Nostalgia


Aku duduk disana, termenung, mengingat kisah kita. Ah... ada apa denganku yang begitu egois waktu itu, pikirku. Aku yang dengan mudahnya melepaskan jari-jarimu, meninggalkan lapak yang sudah kita patok bersama. Dan itu membuatku tak kuasa menahan air mata. Aku menangis setelah kesedihanmu, itu karmaku. Aku tahu. Tiba-tiba, lamunanku pecah. Jari-jarimu mengepal tanganku lagi, seperti ada sengatan listrik dan membuat jantungku berdegup lebih cepat, seperti kali pertama dimasa itu. Kenapa aku begitu, aku tak tahu?!

Apakah engkau tahu, lembaran-lembaran kisah itu masih tersusun rapi dalam lobus frontalisku. Kisah tentang hujan itu, tentang jari-jari yang terulur untuk menjaga satu sama lain, tentang tatapan yang menghangatkan disela percakapan. Tentang, semuanya. Dan aku bisa membacanya kapan saja aku mau, seperti saat hujan seperti ini. :')

0 Response to "Rintik Nostalgia"

Post a Comment