Beauty's Heart of Felicita

Beauty's Heart of Felicita

Oleh : Munifa
Disebuah desa yang damai dan tentram, hidup seorang yatim-piatu. Dia seorang gadis yang baik hati, pemurah dan tidak banyak menuntut kebahagiaan. Di dunia ini dia hanya sendirian, seorang teman pun dia tak punya. Baginya hidup dengan bersyukur dan bersabar sudah lebih dari sempurna. Felicita begitu namanya, dulu dia adalah anak yang cantik jelita, tetapi karena kebakaran yang terjadi beberapa waktu silam membuat wajahnya menjadi buruk rupa, juga kehilangan kedua orang tuanya, satu-satunya sanak keluarga yang dia punya. Dia hanya seorang gadis kecil yang berjualan bunga, Karena wajahnya yang berbeda dia kerap kali menutup diri dari orang-orang yang terkesan jahat di luar dunianya; takut jika orang-orang itu terus menyakitinya, mengucilkan dan mengejeknya.
Dibagian selatan desanya, terdapat istana para peri, istana Garcinia disana ada banyak peri yang baik dan suka menolong manusia yang mengalami kesusahan. Seorang peri bernama Yuina adalah peri bulan yang cantik jelita, selain kemampuannya mengindahkan malam, dia juga bisa mengubah hidup buruk seseorang menjadi lebih baik. Juga peri cinta yang bisa mengubah suasana hati, Zzuerha namanya. Mereka berdua peri yang suka mengunjungi dunia manusia. Suatu ketika saat Yuina sedang berkunjung di desa Barbizon, desa Felicita, seekor laba-laba hendak memangsanya, karena ukurannya yang sangat kecil sehingga dia harus terbang lebih cepat. Namun, dia terbentur dan terjatuh, hingga kakinya terluka. Dia kemudian merubah dirinya menyerupai manusia.
Hari itu juga, Felicita ke pasar seberang desanya. Tujuannya tidak lain untuk menjual bunga-bunga yang sudah dipetiknya, saat fajar menyingsing dibatas cakrawala. Ketika matahari mencium dahan-dahan yang kedinginan akibat hujan, dia mulai berjalan. Menerawang dalam kegelapan, menjajaki setapak jalan yang lembab, ditemani gemerisik suara jangkrik yang masih berteriak-teriak, menyorakkan tembang selamat pagi kepada alam. Felicita melangkah dengan kaki kecilnya, dibalik selendang merah menutupi kepalanya, dia sadar semua orang akan ketakutan nantinya. Tapi, dia tidak berputus asa, dia menganggap bahwa itu adalah cobaan untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.
Diperjalanan dia bertemu dengan seorang anak perempuan, Yuina. Yuina terluka parah dikakinya, seperti luka lebam akibat tumbukan keras.
“Aduh… Sakit… Aduuh…” Yuina mengaduh kesakitan, karena lukanya mulai bernanah.
Felicita kaget, dan segera menghampirinya “Kakimu kenapa?” tanya Felicita lembut.
Yuina mendongak, sekedar memerhatikan siapa yang datang. Dan dia kaget melihat wajah Felicita yang buruk rupa. Sebagian wajah hitam dan penuh bekas luka.
“Aku… aa… aaku… tidak apa-apa. Kamu siapa? Jangan ganggu aku!!!” Yuina ketakutan, baru kali ini dia bertemu seseorang seperti Felicita.
“Aku Felicita, maaf kalau wajahku membuatmu ketakutan” dengan suara yang lemah dan wajah yang ditundukkan Felicita memperkenalkan dirinya “tapi aku tidak bermaksud demikian” sambungnya sambil memperbaiki selendang merahnya.
Felicita terus merunduk malu, dan sangat kecewa. Bahkan dia belum membantu apa-apa. Namun, sikap yang ditunjukkan Yuina membuatnya semakin merasa terasingkan. Tidak seorangpun yang ingin berkenalan dengannya, bahkan sekedar menerima pertolongannya. Yuina mencoba berdiri, tapi kakinya mulai membengkak dan ngilu hingga keujung jari-jarinya. Karena tidak kuasa menahan sakit saat berdiri, Yuina kembali terjatuh dan rebah di tanah. Felicita merasa kasihan, dan tanpa ragu mencoba kembali menolongnya, namun Yuina masih saja menolak.
“Biarkan saja aku membantu jalanmu… barangkali aku bisa mengantarmu pulang ke rumah” kata Felicita membujuk Yuina yang sedang melawan rasa sakitnya.
“Kamu, jangan menyentuhku…” kata Yuina membangkang, sambil memegang ranting-ranting pepohonan disekitarnya.
“Tapi… izinkan aku menolongmu… aku tidak bisa membiarkan orang lain kesakitan sedangkan aku masih bisa menolongnya” kata Felicita dengan penuh pengharapan.
Karena kesakitan Yuina mengikuti kehendak Felicita, dan bersedia dirangkul untuk mencari tempat yang aman untuk membalut lukanya. Setelah membersihkan luka dikaki Yuina, Felicita lalu mencari dedaunan yang bisa digunakan sebagai obat. Setelah merasa cukup mengobati luka Yuina, Felicita langsung pergi. Dia tidak meminta izin, karena takut mengganggu suasana hati Yuina yang sedang menenangkan diri. Yuina merasa iba kepada Felicita, karena ketulusan dan kesabarannya. Yuina kembali ke Paramous Fairy, menceritakan kisahnya kepada Zzuerha.
“Tadi aku bertemu dengan seorang anak yang buruk rupa” kata Yuina sedikit merasa iba.
“Gadis buruk rupa katamu?” tanya Zzuerha penasaran.
“Iya, dia gadis yang baik hati, tapi wajahnya penuh luka bakar.”
“Hah? Sungguh malang…” Zzuerha merasa iba mendengar cerita Yuina.
Karena penasaran ingin melihat secara langsung gadis itu, Zzuerha mengunjungi dunia manusia. Disana, dia melihat Felicita dengan sangat ramah menawarkan bunga-bunga. Tapi tak seorang pun yang hendak membelinya. Dia justru dilempari buah-buahan oleh para pengunjung pasar.
***
Dipasar, sama seperti hari biasa, tidak seorang pun yang ingin membeli bunga-bunganya lantaran takut melihat wajah Felicita.
“Hei kamu buruk rupa, sebaiknya jangan kesini berjualan. Orang-orang takut melihat wajahmu yang hitam seperti monster” teriak salah seorang penjual buah.
“Iya, sebaiknya kamu pergi” kata seorang pelanggan dengan melemparkan buah apel busuk ke badan Felicita.
Felicita merasa sedih, dia tidak banyak bicara, lalu membereskan bunga-bunganya yang mulai layu dan beranjak pergi. Sesal dihatinya kini semakin tak bisa dia imbangi dengan pikiran yang terus membuatnya merasa manusia paling tidak berguna di dunia ini. Saat itu dia kembali melihat seorang wanita tua dengan pakaian sangat kumuh di badannya. Felicita sontak menghampirinya.
“Nek, mengapa duduk disini?” tanyanya dengan sopan.
“Nenek lapar cu… seharian belum makan apa-apa. Nenek juga tidak punya uang…” kata nenek itu lemas.
Tanpa berpikir panjang Felicita memberi bunga-bunganya kepada nenek itu “Ini nek, ambil bunga-bunga ini, dan juallah sebelum layu.”
“Tapi cu, ini kan bunga milikmu…” kata nenek tua menolak.
“Tidak nek, tidak apa-apa. Aku masih bisa mencari makan sendiri di hutan,” kata Felicita dengan senyum di wajahnya.
“Terima kasih cu, kamu anak yang baik. Semoga hidupmu bahagia cu…” kata nenek mengusap kepala Felicita.
Felicita kemudian kembali ke rumahnya tanpa se-persen uang. Dia tetap merasa bahagia karena bisa menolong orang lain dengan tangannya. Sementara nenek tua yang rupanya jelmaan dari Zzuerha, member tahu kepada seluruh rakyat Paramous Fairy bahwa; ada seorang anak yang membutuhkan bantuan. Sehingga para peri selalu datang mengunjungi tempat Felicita.
Hari berganti hari setelah kejadian itu,  Felicita tidak lagi bertemu dengan Yuina dan nenek tua itu. Kejadian dalam hidupnya pun sedikit berubah setelah hari itu. Bunga-bunga bermekaran sangat indah, kupu-kupu menari dengan bahagia. Dan setiap orang yang ditemuinya tidak lagi mengacuhkannya.

Yuina, peri bulan mengubah hidup Felicita menjadi lebih baik. Dibuatkannya taman Felicita menjadi sangat subur dan dipenuhi bunga-bunga yang indah. Dan peri cinta Zzuerha, mengubah perasaan takut dan benci di hati setiap orang agar menerima keberadaan Felicita. Dan peri-peri yang lain membantu menjaga dan mendatangkan kupu-kupu. Kebaikan Felicita yang tak kenal siapapun untuk menolong sesama telah menggugah hati para peri. Ternyata di dunia ini seorang kecil biasa memiliki hati yang luar biasa lapang menerima cobaan hidup. Dan saatnya Felicita menerima balasan dari kesabarannya, hidupnya menjadi lebih baik berkat dirinya sendiri.

0 Response to "Beauty's Heart of Felicita"

Post a Comment