Masih!

Masih!

Aku tidak mengerti mengapa masih saja mata ini menangis, sedangkan sudah kupastikan hatiku tak lagi terluka. Aku diam tanpa bahasa, bahkan berkata "A" sangat susah. Setiap malam sebelum aku melabuhkan mimpi di atas kapuk-kapuk kelelahan, sebelum jendela mata kukunci rapat, bayangan silam kembali berkelana dalam khayalanku. Setiap kelokan di persimpangan jalan terlihat jelas, nyata di mataku. Kenapa aku? Kenapa harus aku? Dan kenapa tetap aku yang merasakannya? 
Jika diminta kejujuranku saat ini, jujur saja aku lelah. Terpenjara oleh masa lalu yang kuharapkan. Bahkan disekelilingku dia ada-meskipun hanya kesamaan yang membuatku kembali mengingatnya. Pantaskah? Sudah berulang kali kucoba untuk berhenti, menahan khayalanku yang semakin jauh, tapi tetap sama, masih saja dia mengikuti jejak pikiranku yang berusaha memikirkan yang lain. Tapi, selalu saja ada hal-hal yang menyerupai tingkahnya, bahkan mungkin dirinya. 

Masih!


Aku tahu bahagia rasanya kini, aku melihat garis manis di wajahnya, aku tahu itu rasanya-bahagia. Aku, yang hanya memandangnya dari kejauhan, yang mengintipnya di balik layar, merasa itulah seharusnya. Bahagia itu miliknya-meskipun yang memberikan itu bukan aku, aku bahagia. Memang itu adalah bagian dari perjalanannya, lingkaran hidupnya telah menemukan jalan yang lurus tanpa liku-liku yang membutakan. Aku senang. Riak wajahnya mengembangkan simpul penuh rasa sukacita. Dia, dengan kepiawaian yang membuatku-kagum bahkan menjadi sebuah rasa-yang tak biasa. 

Namun, tiadalah dayaku mengubah apa yang ada di depanku, jalanku tetap pada apa yang telah digoreskan di kedua tanganku. Meski tak nampak oleh mata buram tanpa kacaku. Aku bersyukur, dia pernah ada di lingkaranku, meskipun hanya bertamu sangat cepat. Itu keberuntunganku. Dan aku senang. Masih seperti dulu.

0 Response to "Masih!"

Post a Comment