Mantra Memulai Sejarah
Coretan Pena Umarah Uzma_Munifa
Lima belas tahun lagi Indonesia mati
Tanah merah Tuan menjadi saksi; menyiapkan kubangan penuh duri
Sebagian jiwa muda tiada mengerti; bangun dan lalu tertidur kembali
Disana pusaran dingin menunggu diisi; yang hidup yang mati; tertawa laksana para pemimpin
Jatuh peluh ayahanda membangun negeri; berdiri menantang matahari; kobaran jiwa yang berapiapi
Bak ombak menari-nari menerpa kaki langit; berharap secawan rindu dan belaskasih
Berdiam diri dalam tahannus; khusyuk dalam damai di penghujung malam semusim semi
Walau jiwanya pergi, dia masih disini; menunggu ananda melukis sejarah membangun kisah
Indonesia punya mimpi…
Dalam kata yang tertulis rapi; sertamerta menjadi kunci
Dibangkitkannya jiwa yang mati; dari mantra para pembenci
Pembenci para pecandu harta di bumi pertiwi
Jika tak bisa melawan dengan emas, gunakan kata sebagai senjata
Komatkamit mulut bukan solusi; tapi mula wicara si hati
Miskin tak berarti awam; belajar di malam hari sudah biasa
Kertas usang mulai terisi kalimat-kalimat bertabur pendamai hati
Damaikan jiwa bersama kata; meski menjadi frasa tanpa rasa
Sentuh mereka dengan bahasa; senjata tanpa peluru
Tuliskan kata terakhir yang menembus dada
Hingga relung hati yang mulai ambigu
Maros, 29 Januari 2014
0 Response to "Mantra Memulai Sejarah"
Post a Comment