Jangan Kerutkan Alismu Padaku

Jangan Kerutkan Alismu Padaku


Berulang-ulang nada teleponku terputus, seperti aku menjadi orang yang terabaikan. Menunggu seseorang disana mengangkat gagang teleponnya, karena rasanya ini sudah sangat lama. Lalu, aku kembali menyambungkan satelit-satelit itu bekerja; sekedar memastikan bagaimana sibuknya dia disana. Tapi sama saja, "tut tut tut" cuma itu yang  kudengar. Aku menjadi was-was, sedikit bimbang, "haaaaaa..." gelombang didada berdentum-dentum begitu kerasnya, seperti gedebak-gedebuk suara batu-batu alam berjatuhan; mana bisa begitu?

Kembali lagi kepada rasa yang tidak biasa, karena ini belum pernah terjadi sebelumnya. Aku menunggu titik hijau muncul diorolan, dengan deretan nama-nama aneh yang bergantian. Masih belum juga pertanda aktif akun itu terlihat, aku masih menunggu. Kembali lagi pikiran jatuh pada ketidaktahuan tentang apa yang harus dilakukan. Hingga saat titik-titik hijau bermunculan, aku sedikit legah, ketika namanya terpampang disana. Sedikit rasa canggung menyapa, takut pesan tak terbalas; rasanya sangat jengkel saja. Aku mulai mengacungkan pertanyaan yang berderet-deret tanpa putus-putus, sebelum dia menjawab satu-satu. Sebegitu agresif-kah aku? Aku baru sadar. Lalu dijawabnya singkat, terbalas, aku mengerti; sedikit-sedikit. Yah, dengan pikiran yang karu-karuan aku menenangkan perasaan, mencoba mengerti segalanya. Tapi kuharap dia tahu maksudku bukan untuk mengganggunya, karena rindu yang terus memaksa. Sebegitu naifkah aku? Dasar aku.

Aku tidak ingin jika aku terjebak dalam kebodohanku sendiri, takut jika alis itu berkernyit kepadaku, berkerut sampai terlihat bersambung, dan matanya menyorotkan ketidaksukaan terhadap sikapku, menghujat hingga kehatiku. Aku tidak ingin begitu. Maka dari itu, maafkan aku.

0 Response to "Jangan Kerutkan Alismu Padaku"

Post a Comment