Aku Sakit, Sungguh!

Catatan yang Mungkin Tak Terbaca

Perasaanku semakin berkecamuk, membuatku menggigil dalam ruangan ini; tempat kita menyuarakan rindu saat malam menggelapkan pandangan. Aku ingin menangis sejadi-jadinya, membekap diriku dalam kesorangan-yang terpuruk dalam ketimpangan. Mengapa? Aku masih belum mengerti mengapa?! Aku harus bertanya kepada siapa lagi kecuali kepadamu-seseorang yang tertinggal dalam hatiku. Karena hanya dirimu yang tahu sebab-akibat mengapa aku menjadi sedemikian cemburunya, cemburu yang mungkin berlebihan. Sehingga mataku menjadi satu-satunya yang basah, sebab tak punya daya lagi untuk menahan air mata. Membaca nama itu bergandengan dengan namamu membuatku semakin tidak tahan ingin meluapkan amarah. Walaupun itu seperti biasa saja-untukmu, tapi tidak bagiku, mengapa masih belum engkau mengerti itu?

Aku mencoba menghapus keresahan yang menguasai pikiranku, menyimak baik-baik maksud tulisan itu. Ah, itu hanya kebetulan saja. Cerutuku. Tapi aku cemburu. Sakit. Sesak. Sungguh. Mengapa? Mengapa sedemikian sakitnya? Mengapa aku harus merasakannya? Dan mengapa juga ada dia?

Aku Sakit, Sungguh!


Deretan pertanyaan itu merusak pikiranku, meradang akson-akson; sarafku. Sekali lagi, aku merasa perlu pembuktian dari kata-katamu. Aku tidak sedang meragukanmu, tidak. Hanya saja aku ingin engkau mengerti sedikit saja dari apa yang aku sebut "cemburu" buta yang menyiksa. Mungkin tanganku yang terlalu lancang, atau hatiku yang terlalu ingin tahu banyak-tentangmu, tentang keseharianmu. Dan bisa jadi memang sudah seharusnya aku membaca ini.

Kembali lagi kesesakan itu memperkuat guncangan dalam dadaku, seperti batu-batu yang rubuh dan lalu menimpaku, tepat diatas kepalaku... aku terkulai... lemah... dan tidak berdaya. Aku terjatuh, lagi, lagi dan lagi. Tapi engkau masih belum memahami. Aku sakit, disini-hati ini.

0 Response to "Aku Sakit, Sungguh!"

Post a Comment