Pundak Ayahku

Pundak Ayahku

Lagi dan lagi aku duduk di belakang ayahku. Bersandar di punggungnya membebaskan lelahku. Untuk kesekian kalinya, sudah tak terhitung lagi oleh jari-jariku. Ia rela bahkan tak pernah mengeluhkanku. Seberapa kalipun kuminta ia tetap mau, menurutiku tanpa kata "tidak bisa" langsung saja ia datang kehadapanku, dengan rasa tanggung jawab dan keperkasaan melindungiku. 


Pundak Ayahku

Seperti sekarang ini. Ia kembali menemaniku, menapaki jalan berliku penuh debu dan terik cahaya matahari yang membakar kulit bumi. Ia dengan tenang mengikuti alur perjalanan, sedangkan aku hanya duduk menatap wajahnya dari kaca kuda besinya. Wajah itu sangat bersemangat, seolah menatap masa depan yang baik untukku. 

Aku tahu, aku adalah beban yang memberatkan pundaknya. Beban yang lebih berat dari pekerjaannya, beban yang harus ditanggulanginya sendiri. Hingga nanti, sebelum aku menjadi beban orang lain.

Related Posts :

  • Dingin Tapi Tak HujanAda yang memaksa kakiku berlari; meski setengah jiwaku menyergah kasar. Untuk sebuah tujuan, dan aku tahu itu yang terbaik. Walaupun, seteng… Read More...
  • Karena CintaAku pernah bermimpi, bermimpi tentang kita. Ketika itu aku melangkah sendiri tanpa ada kamu disisiku, rasanya aku seperti sudah tak bernyawa… Read More...
  • Aku PadamuAngin berembus membangunkan dari lelap tidurku Kuintip langit dengan tempias sinar bulan; yang masih sibuk mengawasiku Lautan bintang  … Read More...
  • Jatuh Cinta Lagi Kesunyian  mulai mencekamku. Kanvas langit malam gamang tanpa hiasan bintang-bintang, dan aku masih terjaga menunggu kalimat selamat t… Read More...
  • Kesalahanku Memilihmu Aku selalu percaya kepada sesuatu yang disebut takdir. Seperti ketika Tuhan mempertemukan kita dalam keadaan yang tak terduga, antara dua p… Read More...

0 Response to "Pundak Ayahku"

Post a Comment