Garis Datar

Garis Datar


Jarak yang kini tak lagi jauh sepertinya menyisakan tanda tanya (?), kenapa begitu sulit melangkahkan kaki yang sebenarnya sudah sangat dekat dengan tempat istimewa yang pernah kumimpikan tempo hari. Aku merunduk ketika ditanyai, kenapa aku sangat ingin ke tempat itu, aku tak mau seorang pun kan tahu tujuanku sebenarnya. Aku kembali kesini untuk sebuah tujuan dengan alasan yang tidak masuk akal. Karena rindu? Rindu yang tidak dimiliki orang lain, yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain, darimana datangnya rindu itu aku tak tahu, jangan tanya lagi alasan rinduku, tak ada jawaban untuk itu. 

Setengah pikiranku ada pada sosok yang serta merta hadir begitu saja dalam hidupku, menjadi tokoh dalam naskah ceritaku, lembaran-lembaran harianku tertulis banyak namanya, hanya namanya. Dan setengah dari pikiranku, ada pada jalur yang akan kutempuh, dan alur yang akan kulalui, dari perjalanan ada jarak antara titik awal dan titik akhir pemberhentian, bukan perjalanan jika tak ada jarak, satu langkah saja memiliki jarak, sejengkal pun ada jaraknya, entah itu 1 m, 1 cm, atau 0,1 mm, itu tetap jarak. 

Aku ingin bercerita tentang jarak antara kau dan aku, ada ruang yang membatasi, ada waktu yang menghalangi dan ada jarak yang memisahkan. Aku sadar, aku bukan siapa-siapa bagimu, bukan seorang yang harus selalu ada di duniamu, sayangnya aku terlalu berharap kau itu untukku, dan ada dalam duniaku (itu aku).
Kita justru tak pernah tahu bagaimana jalan yang akan kita lalui sebenarnya, bagaimana akhir dari cerita yang kutuliskan. Aku selalu berpikir, bahwa jarak sebenarnya telah berpihak kepada kita, seringkali aku berusaha meyakinkan diriku bahwa kita tak lagi jauh terpisah, hanya sedekat titik awal dan titik akhir sebuah garis datar (-) sangat pendek bukan? Dipikiranku hanya sejauh itu, sangat dekat, begitu dekat tak perlu mencari mistar 50 cm cukup diperkirakan itu 0,5 mm. Tapi, nyatanya tidak seperti itu, kita terpisah diantara 0,5 mm itu, aku harus mengukur kembali jarak kita, menghitung jarak yang ternyata adalah beberapa garis datar yang bersambung, dan aku mulai menghitung garis datar 1, garis datar 2, 3, 4, dan sampai tak terhingga, terlalu banyak ternyata. Aku lupa hitungan keberapa aku beristirahat sejenak, dan aku kembali lagi ketitik awalnya, menghitung satu satu kembali, dan itu terus saja, begitu hingga petang, dan aku tak pernah sekalipun sampai dititik akhirnya dan waktuku terbuang, harusnya kugunakan untuk berjalan menyusuri jalurnya, untuk dapat menemukan titik akhirnya. Sangat jauh rupanya.

0 Response to "Garis Datar"

Post a Comment