Menapaki Jejak Lisanmu

Menapaki Jejak Lisanmu
Karya: Munifa

Menapaki Jejak Lisanmu



Malam ini aku masih sendiri...
Membuatku takut untuk melangkah pergi
Dan lalu, aku menjadi satu dari sekian banyak mereka yang ambigu
Dan diam menjadi beban yang tak bisa kukatakan kepadamu

Dan malam ini masih saja sepi…
Aku harus mengumpulkan banyak udara untuk tetap bertahan disini
Entah sampai kapan, mungkin besok hingga nanti menunggu waktu itu kembali…
Sembari memainkan jemariku bersama pena, yang sejak tadi ingin menari
Meninggalkan titik tintanya di tapak putih yang masih terbingkai rapi
Aku sepi dan malamku menangis sendiri…

Aku tahu, kau rasa rintihku; mungkin disana
Yang menyemai jiwa dimana rindu terdalam itu bertahta
Haruskah aku mengoyak lebih dalam lagi, agar tak ada yang menemukannya disana?
Aku ingin menjadikanmu satu-satunya yang pantas bertengger dan berbaring di bilikku
yang sudah bisa ku lepaskan untukmu saja...

Gemerisik dahandahan tersapu angin malam masih mengoyahkan pikiranku
Untuk menutup mata dari keremangan dunia yang menyialaukan
Aku takut esok tak kembali kepadaku
Namun, segala keluh yang merintih di hatiku adalah lakon keindahan,
yang menyemai benihbenih cinta dan harapan untuk jiwaku
Aku, masih ingin disini-menunggumu…

Dari jejak yang kau tinggalkan untukku diwaktu lalu
Aku masih terus mencarimu, dalam kata tanpa suara

Aku akan terus mencari, menapaki jejak lisan yang kau torehkan di dinding sunyi
Agar bisa aku temui nanti, setelah hari ini, esok, dan juga setelah nanti
Hingga mungkin aku mulai menua dan tak bisa kau kenali lagi...
Kau jangan bosan, karena aku akan terus hadir,
meski itu hanya dalam mimpi

Saat pagi hadir kembali dengan sejuta harapan menggantung di kaki langit
Membawaku ke tepian yang damai penuh cita dan cinta
Menjadikanku satu dari pemimpi yang tak berkutat
Mencintai cinta karena ketulusan dan oleh kepatuhan rasa

Degupan jantungku sekarang lepas dari ritmenya
Menatap pelangi yang mulai memendarkan mimpi
Seolah disana kau merebahkan diri dan menungguku tanpa putus asa
Seperti...

Hingga luapan rindu mulai memenuhi beranda hatiku
Aku… dan juga jiwaku menanti hari itu
Duduk menikmati senja di bibir pantai yang jingga
Terdapat senyum yang merekah,
hingga fajar kembali menyingsing di pangkuan cakrawala

Aku mencari terang di balik malam dengan aroma kegelapan
Jangan kau pecahkan kaca menjadi belah yang berserakan
Tenanglah, dan aku akan memberimu ruang yang paling terang
Membawamu pergi ketempat yang paling tenang

Kepadamu…
Juga kepada jejak lisanmu yang riuh saat sepi mungkin menjadi temanmu
Aku adalah cermin yang merindukan bayanganmu
Saat matamu menjadi satusatunya potret yang mengindahkan pandanganku

Aku lupa menjadi siapa aku yang sebelumnya
Mungkin karena bayangmu menjadi lakon yang sempurna
Dan aku terkesiap berharap menjadi mimpi disenyap tidurmu yang lelap
Disana… aku mungkin adalah tokoh yang diam-diam mengejarmu; meski tak tertangkap olehmu…

Kau jangan bosan
Tidurlah…
Aku masih akan kembali saat kau lelah
Ketika malam mencumbu bintang yang kesepian
Aku akan tetap kembali…
Untukmu, untuk hatimu yang hampir saja mati

Jika malam ini aku, kau lihat dari sudut yang tak terjamah
Cobalah sedikit sinar itu kau berikan
Agar mudah aku menapaki setiap kerikil tajam di permukaan
Menembus antariksa yang kuimpikan
Disana masa depan yang cerah



Parangtambung, 10 Januari 2014

0 Response to "Menapaki Jejak Lisanmu"

Post a Comment