Pemilik Rasa

Kau!
Telah kupilih, tanpa ragu-ragu kukatakan itu kau. Rasaku mungkin sedikit aneh, aneh untuk mereka yang tidak merasainya. Sehingga akan ada banyak pilihan pertanyaan untuk mereka acungkan. Dengarlah pujukku, jangan biarkan nafsu merantaimu. Hatimu akan bermahkotakan amarah dan emosi. Tapi, hiasilah dengan ikhtiar yang pasti akan menjadi gerimis mengukir pelangi yang kemudian mengundang damai hati. 

Pemilik Rasa

Kusenandungkan lagu rindu bergejolak kasih. Aku hanya wanita biasa yang tak ingin hidup sia-sia berlalu tanpa makna. Sekalipun kau jauh, sekalipun kau masih belum benar-benar nyata dan masih betah dalam khayalku saja, kau tetap pemilik rasa yang tercipta tanpa kuminta jauh-jauh. Kau mungkin sedang terlelap saat ini, atau mungkin sedang melakukan hal-hal lain dan aku tidak pernah berhenti berpikir tentang hal-hal menarik yang kau lakukan. Walaupun hanya sekadar menebak, lalu berhalusinasi sendiri, itu sudah biasa jangan khawatir. Aku sudah piawai bermain-main dalam ruang imajinasi. Mengatur dialog antar tokoh dan merevisi kembali naskah yang agak berantakan. Hingga benar-benar menjadi sebuah cerita yang sempurna tanpa cacat tanpa masalah terberat.

Hanya sedikit masalahku, kenapa tidak sekalian kuhapus semua masalah yang ada dalam skenarionya. Tapi, sekali lagi aku teringat, tanpa masalah hidup tak akan berarti. Aku harus menahan nafas pelan-pelan lalu ku hembuskan perlahan. Ceritaku masih akan berlanjut, imajinasiku belum terhenti. Kakinya masih kuat untuk berlari mengejar mimpi, tergopoh-gopoh hingga jatuhpun bukan penghalang terbesar bagiku. Untuk pemilik rasa yang tak bertepi, hadirkan bayanganmu perlahan agar ku temui dalam mimpi. Cukup untuk mimpi, jika waktu belum menginginkan kita bertemu dalam dunia nyata penuh misteri.

0 Response to "Pemilik Rasa"

Post a Comment