Dua Muka.

Tipis. Tak berepidermis, seperti sel-sel mati tanpa pelindung. Kulit kusam menjadi sangat pucat, seperti tak berdarah tak ada aliran dalam urat-urat nadinya seperti. Yang lain tetap tebal hitam sangat kusam tak pernah tersentuh dempulan bubuk. 

Kusamnya tak pernah menyatu dengan kepucatan yang lain. 
Dua! 
Dua warna yang sangat berbeda, satu gelap satunya terang. Tak pernah bisa disamakan selalu ada beda diantaranya. Jika dipertemukan kedua warna hitam dan putih akan menjadi warna lain abu-abu. 
Dari warna itu ada tanda tanya yang mengundang buncah buih mencair, meletup-letup, hingga tak karuan, mondar mandir tak terarah seperti semut kesurupan. 
Dua sisi yang berbeda, tapi ada satu tujuan yang sama. Entah itu apa, seperti abu-abu tidak pernah ada jawaban dari pertanyaan akan jadi warna apa? 
Sisi yang baik itu memeri kekuatan, memeri seolah tanpa ingin kembali. Yang lainnya gelap, seperti yang terjahat memeri perih disetiap senyum sinisnya. Selalu ingin menyisakan air mata, menempatkan kebahagiaan di atas duka yang telah ada. 

Sangat berbeda! Seperti ada figur yang dia lakoni. Dua! Satu dan satu yang lainnya. 
Dua! Muka! 
Kiri tebal kanan tipis, harus dilihat dari depan agar tahu bagaimana bedanya, butuh keterangan penglihatan agar tahu bagaimana dia. Memberi harapan lalu menjatuhkan, memberi ketenangan kemudian menghancurkan. 
Dia seperti pembunuh tapi tidak berdarah, seperti penghasut tapi tidak bersuara. Ada keganjilan disetiap senyumnya, ada yang terjanggal setiap katanya. 
Hitamnya menyesatkan, jika tak hati-hati gelapnya akan memakan hati. Terangnya menipu, kadang yang dipilih adalah jalan menuju kegelapan. 
Dua sisi kehidupan yang menyimpan air mata, menaruh rasa benci kepada mereka yang tak mengerti jalannya, harus hati-hati menilai wajahnya. 
Itu dia hidup. 
Jika waktunya malam dia gelap, menakutkan, merinding hingga kehulu hati. Siangnya penuh cahaya, tapi selalu terjadi penyimpangan dalam katanya, siang? Seperti saja malam, masih ada yang seperti melihat kegelapan, dan tetap berjalan di dalamnya, seolah-olah pemberani yang menaklukkan lawannya, tak berdialog hanya memandang dan semua sirna seperti keajaiban. 
Dua muka hidup. 
Sama-sama menyesatkan.

0 Response to "Dua Muka."

Post a Comment