Haruskah Aku Bertanya?

Kepada hati seorang wanita yang kini telah jatuh cinta.
Surat ini kukirimkan agar dapat dia baca.

Haruskah Aku Bertanya?

Suatu sore yang jingga, dengan latar langit berselimut awan. Aku duduk di beranda, menatap sebagian kecil sisi dunia yang jauh dari pandangan. Di sana, di dalam dunia paralel-yang kusebut antariksa cinta-kudapati dirinya tersungkur, bersedekap dengan kesunyian. 
Hanya ada aku-dan dia. Dalam kegelapan tanpa pelita maupun secercah cahaya lilin yang berpendar. Kukira itu hanya bayang-bayang, tapi dia nyata. 

Senyum di wajahnya membuatku tersadar akan satu hal, ada cinta. Dengan ketulusan yang datang dari hatinya. Dia sedang jatuh cinta rupanya. Tapi kepada siapa? Haruskah aku bertanya? Sedangkan dia tidak tahu apa-apa. Ah, hatiku. Mengapa engkau bisu?

1 Response to "Haruskah Aku Bertanya?"