Embun di Pelupuk Mata
Coretan pena : Munifa |
Fajar mulai menyingsingkan lengan
memberi warna pada wajah dunia
kelam kini bias oleh cahaya
berpendar diantara dedaunan
di sudut jendela tua ibu merenungkan pagi
masih menanti
bayi kecil yang kini telah berlari
Wajah tirusnya kini semakin layu
termakan oleh waktu yang kian berlalu
di sana, di balik senyum tabahnya
tersirat kerinduan yang menggebu
matanya pancarkan harapan penuh kasih
inginnya rindu ini terbebaskan hari ini
Setitik embun menggantung di pelupuk mata
rindu mungkin sudah beranak akar
hingga tak ia sadari
butiran airmata kini saling berkejaran
jatuh tak beraturan
embun menjelma hujan
dik, kapan kau kembali?
Puisi untuk ibu.
Menyaksikan betapa kerinduannya tak lagi bisa ia bendung.
Ramadhan memang memberi cerita. Bahkan ketika jauh dari pelukan ibunda.
2 Ramadhan 1436 H.
Sumber gambar : https://penarevolusi.wordpress.com/2010/07/29/ketika-kasihnya-tak-seindah-lagu/
Sumber gambar : https://penarevolusi.wordpress.com/2010/07/29/ketika-kasihnya-tak-seindah-lagu/
0 Response to "Indahnya Ramadhan #2"
Post a Comment