Menantimu, Di Sudut Malam

Denting waktu masih terus bergulir. Siluet kelam malam mengintip di balik jendela tanpa kanopi. Di sana, diantara dedaunan bulan tersenyum masam menunggu pagi. Entah kapan ia bersinar lagi. Menemaniku yang masih setia menanti. Aku. Aku masih terjaga dari lelap tidur-ketika mereka yang lain tengah bermimpi bertemu bidadari. 
Menantimu, Di Sudut Malam


Sudah hampir satu dekade kita tak bertemu. Aku dan kamu. Mungkin lebih. Atau mungkin aku yang terlalu merasa bahwa waktu begitu cepat berlalu-tanpamu. Desis suara angin bergelayut bermain bersama daun-daun yang menari. Aku masih terdiam-membisu-tanpa ada keinginan untuk beranjak ditempatku menunggu fajar kembali. Ada bayangan semu yang mengajakku berlari. Rona wajahnya memancarkan cahaya penuh arti, mungkinkah itu kau? Kau yang sejak dulu kuharapkan hadir di sini. Menemaniku membunuh waktu yang sunyi.

Di sudut malam yang sepi, aku masih menanti. Gelagak tawa yang dulu sempat kumiliki. Simpul senyum yang pernah menjadi penenang hati. Tatapan mata yang selalu membuatku jatuh berulang kali-pada hati yang sama-cinta. Ah, masih saja. Satu hal yang kurasa tak pernah musnah, aku jatuh cinta padamu.

0 Response to "Menantimu, Di Sudut Malam"

Post a Comment