Manusia Pura-pura

Apa kabarmu hari ini?
Aku bingung, bingung memaknai hariku yang sunyi. Tak ada lagi kisah, tak ada lagi guratan senyuman yang tertinggal. Kini, aku tidak punya banyak cerita yang bisa kutuliskan dalam buku imajiner-ku. Semacam butuh asupan energi agar bisa kembali seperti dulu lagi. Namun sayang, aku tak punya banyak nyali.

Aku hanya bisa duduk-meratapi-terpekur-menjalani hari demi hari yang tersisa. Berusaha untuk membangkitkan semangat, membangun impian yang lama tertinggal. Jujur saja, aku ingin segera lupa. Berharap semua yang terjadi antara kita-aku dan kamu-tidak pernah terjadi. Benar-benar tidak terjadi. Tidak pernah muncul. Tidak terbesit lagi. Tidak pernah ada.

Tapi, tanganku masih sangat nakal. Memaksaku harus mencuri pandang dari kejauhan, dari tempat yang tidak bisa kamu lihat. Melacak keberadaanmu, dari layar kaca yang menyimpan potret bayangmu, ocehanmu, tingkahmu, ucapanmu, senyumanmu, di baliknya.

Jari-jariku sibuk mengotak-atik toots-toots handphone-ku, mencari namamu dalam indeks pencarian memoriku. Nama yang ingin kulupakan, ingin kuhapus jejaknya, mengganti tempatnya; bukan lagi sebagai dambaan hati, tidak lagi menganggapmu sebagai pengisi hari. Aku ingin menganggapmu, seperti caramu menganggapku tak pernah ada di hidupmu, selama ini.

Ketika aku sadar, terlalu jauh mencarimu, terlalu jauh memimpikanmu, aku berusaha merobek buku imajiner yang tertulis rapi namamu disana. Menyimpannya, menguburnya dalam-dalam. Memasukkannya dalam lemari rasa yang gemboknya lebih berat dari gembok baja biasa. Agar aku tak lagi bisa membukanya, tak lagi memiliki kesempatan mengintipnya. Membaca kembali harapan kosongku tentangmu.

Manusia Pura-pura

Dan aku akan kembali bertingkah seperti biasa-biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Tidak berbinar. Tidak berdebar ketika bertemu denganmu.

Bagiku semua itu wajar. Karena aku akan berpura-pura. Pura-pura lupa tentangmu. Pura-pura bukan kamu yang pernah mengisi hariku. Berpura-pura bukan kamu yang pernah melukis di dinding hatiku. Aku akan terus berpura-pura, karena aku memang manusia pura-pura.

Dan lagi, aku akan berlalu. Seperti caramu melewatkan aku. Seperti caramu mengacuhkan aku. Seperti caramu mengabaikan aku.

Aku ingin kamu tahu, bahwa aku tidak seperti bayangan di kepalamu.
Sebab aku, adalah kamu dalam ceritaku.

Sumber gambar: http://astitifootprints.blogspot.com/2012/02/hati-hati-yang-pecah-2.html

0 Response to "Manusia Pura-pura"

Post a Comment