Sekeping Hati yang Menadah Rindu

Seperti biasa. Aku kembali dibangunkan oleh rasa-yang entah sampai kapan hanya bisa kupendam. Perasaan yang lebih sering mengoyak isi kepalaku tentang kenangan, serta angan yang selalu membuatku merasa ingin mati saja jika tak mendapatkannya. Rindu yang tak berkesudahan dan detak jantung yang ingin lepas dari ritmenya. Ah, aku rindu.

Sekeping Hati yang Menadah Rindu

Tak ada yang tahu, bahkan seseorang yang kurindukan pun tak akan pernah bisa mengerti, besar kerinduan yang mengepung waktu untuk tetap diam dan memikirkannya. Hanya aku. Aku yang-mencoba-sabar-tetap menunggu, meski mungkin tak ada kepastian kedatanganmu. Tapi keteguhanku dan keyakinanku, serta rasa cinta yang telah terpatri sejak aku menemukanmu dengan senyuman paling jumawa di antara remang cahaya bulan, menopangku untuk tetap bertahan di sini. Menunggumu...

Andai kata aku mati karena menunggu, aku tetap bahagia. Bahagia karena aku bisa menjaganya untukmu. Bahagia karena aku mencintaimu hingga tak lepas dari hembus napasku. Kamu. Lelaki dengan tatapan teduh, yang sibuk menyeruput secangkir di meja kayu. Aku mencintaimu.

Maka izinkan aku, mengeja rindu di kedalaman hatimu. Menjaganya di balik ketiadaanku, bersamamu, meski aku jauh. Karena jarak kita hanya sejengkal waktu. Esok kita akan duduk berdua, merajut sekeping rindu yang telah lama kita tadah.

0 Response to "Sekeping Hati yang Menadah Rindu"

Post a Comment