Perasaan sedih tiba-tiba menghampiriku, yang dalam kesorangan. Hatiku menjadi kaku, dingin dan seperti akan kehilangan nyawa. Aku tidak menyadari, bahwa lama sebelum ini aku pernah melangkahkan kaki meninggalkan tapak yang pernah kita susuri bersama. Entah kemana, aku terbang tanpa peduli dimana nanti aku akan terhempas. Aku hanya mengepak sesuka hatiku; dengan keegoisanku tanpa memerdulikanmu. Terus saja aku mengikuti desir angin yang kian membawaku pergi, walau kadang aku ditinggalkannya ditempat yang tak biasa aku lewati. Aku dengan egoku, terbawa hingga ketempat ini, tempat dimana hanya ada aku; yang sendiri; dengan rindu yang berlebih; tumpah-tumpah; dan tak terkendali.
Tiada yang mengerti, tak juga dirimu yang pernah, menangis karena duka yang pernah aku beri. Aku tahu, tidak akan semudah angin membawa daun yang gugur ikut bersamanya; untuk bisa memaafkanku. Aku sadar, untuk sebuah alasan "luka" yang engkau rasakan.
Kurapalkan do'a, menjamah malam dengan kalimat; berisi harapan; atas pengharapan segala harapan. Mencari bilik yang kian meredupkan warnanya, diantara kilauan bintang yang menjadi pelita; di malam gelap tanpa cahaya bulan. Menerawang cinta yang bersembunyi; diantara sekelumit kekecewaan. Merangkainya, meski tak akan lebih dari sempurna.
Sumber gambar : Catatan Kencor
0 Response to "Merangkai Cinta yang (telah) Lama Hilang"
Post a Comment