Pada dinding putih ini, semua pikiran kuungkapkan. Meski bisu, tak engkau dengarkan. Aku hanya punya ini, sebagai pengantar rindu, jika angin tak ingin membantu, jika langit tak lagi menghiraukanku, dan ketika bulan enggan melirik ke arahku.
Aku hanya ingin berbicara tentang, bagaimana aku setelah semua ini... Maafkan aku, bukan untuk menyakitimu lagi, bukan untuk mengingatkanmu lagi, bukan untuk membuatmu... merasakan hal yang sama lagi. Aku hanya ingin membebaskan kesesakan dalam hatiku, dalam diriku, yang sebenarnya hampir membunuhku juga. Aku tahu, ini seperti sangat egois bagiku, tapi harus bagaimana lagi aku menyikapi keadaan ini? Sedangkan, yang aku tahu... engkau tak mungkin lagi ingin mengetahui apa-apa tentangku. Aku tidak akan memintamu mengerti lagi, tidak akan pernah. Jika engkau tak berkenan, aku tak apa-apa.
Aku...
Apa engkau tahu, diam-diam aku mencarimu... berjalan di belakangmu, mengikuti jejak langkahmu. Kadang, aku harus bersembunyi agar engkau tak tahu. Mengintip dikejauhan, dan tersenyum melihatmu tertawa. Itu aku.Tapi, sekejap saja, bayangan tentangmu; yang menangis dikala hujan membuatku tak bisa lagi tersenyum. Hanya ada linangan air mata disana, hanya ada rasa sakit, yang mungkin sakitmu lebih dari sakit yang kurasakan.
Aku tahu, di belakangku engkau tak sekuat itu. Di belakangku, engkau menangis pilu, bermandikan air mata ketika menuliskan sajak dengan penamu. Di belakangku... Aku tidak tahu banyak lagi tentangmu, selain sedihmu... :'(
Hari ini hujan lagi, rintik hujan tik tik, menyapaku lagi. Rautnya berbeda, jatuhnya tak sama. Rinainya seperti batu meletup-letup di kepala. Kukira, hujan tidak akan sudi bertandang lagi ditempatku berpijak. Tapi aku salah, aku salah mengira. Hujan kembali membuatku berangan-angan tentang masa silam. Ketika aku leluasa bermain-main di dalamnya, menunggu jari-jarimu mengajakku berlari dan tertawa disana. Tapi... Aaaaa... Semua hilang, ketika aku sadar hujan hari ini berbeda... :'(
0 Response to "Hujan, Kukira (Kau) tak Datang Lagi..."
Post a Comment