Secarik Kertas untuk Engkau Baca

Secarik Kertas untuk Engkau Baca

"Pernahkah terlintas dipikiranmu, bahwa aku yang akan menjadi anakmu?"
Aku ingin tahu tentang itu. Tentang bagaimana perasaanmu ketika mengandungku, saat melewati hari-hari yang berat karena ada aku. Membawaku kemana pun engkau pergi. Dari segumpal darah hingga menjadi seorang "Manusia" yang terlahir seperti ini. Aku menunggumu untuk bercerita. Tapi engkau hanya berkata "Tunggulah saatnya nanti engkau akan merasakannya, nak," dengan suara lirih yang membuatku semakin penasaran, "engkau akan tahu kenapa ibu tidak bisa menceritakan ini kepadamu." Sampai hari ini, aku masih belum tahu, ibu.

Secarik Kertas untuk Engkau Baca


Tidak pernah kurasakan derita walau hidup sederhana, karena kasih sayangmu yang tidak pernah usai. Meski kini engkau adalah seorang yang penuh garis-garis tua di wajah, engkau masih cantik ibu. Masih sama seperti dulu, percayalah. Ingatkah engkau saat aku mulai kegenitan, diam-diam menyelinap dalam dirimu, aku mungkin memberimu bahagia, tapi disisi lain aku menyakitimu dengan jari-jariku. Membuat seluruh tubuhmu lemah karena keangkuhanku, aku yang meminta terlalu banyak perhatian, sangat egois, sangat manja dan tidak mau mengalah untukmu saja. Aku ini siapa? Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku memikirkan diriku sendiri, bahagiaku, hidupku. Tanpa ada keinginan untuk melihatmu. Kejamnya aku. Tapi engkau tetap sabar terhadapku. 

Aku ingin memelukmu ibu, erat dan sangat erat. Aku ingin merasakan kehangatanmu. Peluklah aku, meski kehangatannya tak sama disaat aku masih dalam kandunganmu. Jika ada satu permintaan yang diberikan padaku, aku akan meminta untuk kembali bersimpuh dalam rahimmu. Merasakan tulus kasih sayangmu. Inginku.

Secarik Kertas untuk Engkau Baca



Aku mencintaimu karena Allah...

Aku menyayangimu, meskipun tak sebesar rasa cintamu...
Aku bangga memilikimu...
Meskipun tak sama dengan kebanggaanmu melahirkanku. 
Aku anakmu...

Cintamu meluluhkan keangkuhanku...
Kasih sayangmu melunturkan keegoisanku...
Sekarang, tinggallah aku terpenjara dalam cintamu. Engkau dan aku, adalah dua jiwa dari satu raga. 
Aku adalah bagianmu, darah dagingmu. Engkau yang rela memberiku separuh dari dirimu, hingga rentah kini kudapati dari raut wajahmu...

Terima kasih ibu, terima kasih telah menjadi ibuku. 
Terima kasih telah melahirkanku, dan juga merawatku. Menjadikanku anak dari rahimmu. 
Terima kasih.



Munifa
Maros, 22 Desember 2013

0 Response to "Secarik Kertas untuk Engkau Baca"

Post a Comment