Jas Hujan Di Awal Desember

Seperti biasa, hari yang paling kutunggu-tunggu telah datang; Sabtu. Hari untuk melangkah kembali ke rumah. Bertemu dengan sanak keluarga tercinta. Entah berapa kali dalam sebulan aku merindukan ular hitam yang menuju rumahku ini. Bergaris putih hitam diantara beberapa luka karena pijakan roda raksasa yang ganas.

Pagi tadi, di rumah kotak tak berjendela-pondok Iffah lantai 2, aku membuat list pekerjaan yang terlebih dulu harus ku kerjakan. Agar semuanya tidak menjadi berantakan, karu-karuan. Agar mood tidak tersendat-sendat. Mulai dengan bangun dari pembaringan-tempatku menitip lelah di lemari rasa. Lalu, mengaktifkan saraf-saraf dipergelangan tangan hingga ujung rambut, merenggangkan otot-otot yang kaku sekadar menyisir sekelumit beban kehidupan. "Aku siap... Aku siap..." Seperti kata Spongebob yang sempat terdengar dari televisi milik tetangga "atau" hanya khayalan belaka, berharap ada tontonan kartun penghilang kepenatan. Bekerja membanting tulang "Lebay".

Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIParangtambung, dan matahari mulai memuncak, pertanda siang telah terbakar. Tanah tandus, kering berdebu terhampar di kota sepi ramai polusi-tergerus terik matahari. Di bawah atap seng kulit memerah, peluh berjatuhan, dan mata terkantuk-kantuk oleh kibas kipas angin yang sepoi-sepoi. Menunggu panggilan dari My Hero menjadi kegemaran jika Sabtu telah menjemput. "Halo, Nak bapak sudah sampai" sayangnya masih belum ada nama itu memanggil hari ini. Masih harus menunggu, dengan perasaan yang menjadi kemelut, rindu kepada ibu di rumah.

Entah dari detik keberapa aku menghitung waktu, tiba-tiba sekian detik langit mulai gelap, mendung pertanda hujan akan bergelantungan, lalu membuang diri begitu saja, merembes di beranda. Mitos tentang cuaca panas di musim penghujan akan mendatangkan hujan lebat setelahnya sedikit terbukti, tapi menurut logika-memang sudah seharusnya hujan kan? Itu adalah kekuasaan sang Khaliq yang bisa mengubah segalanya, baik yang haq maupun yang bathil. Karena Tangan tak berwujud Itu adalah pemilik segala apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada keraguan bagiNya.

Akhirnya Desember berkabut itu datang, akan ada banyak cerita diantara tik tik tik suaranya. Seperti gedebak-gedebuk diantara ingar-bingar kehidupan. Aku mulai hanyut dalam khayalan... Dan blllluuuurrrrr buyar seketika, aku merasa resah, jikalau hujan ini tak jua berhenti maka aku tak akan pulang hari ini. Batinku. Namun, takdir berkata bahwa aku harus ada di rumah malam nanti, maka datanglah seorang pahlawan tanpa jubah menjemputku. Dia, ayahku. My hero, panutanku dalam melangkah. Tanpanya tiadalah aku.

Tidak cukup waktu jika terus menunggu hujan redah. Aku, ayah dan motor tua yang tangguh tetap meninggalkan rumah kotak menuju istana kecil, sederhana tapi istimewa untukku. Diperjalanan, tiba-tiba motor berhenti, bukan mogok tapi disengaja.  Aku tercengang, melongo. Ditangannya ada sebuah bungkusan plastic, cek per cek isinya sebuah jas hujan berwarna pink. Ternyata itu yang sedari tadi di cari oleh matanya. Dia tidak membiarkanku kebasahan, apalagi kesakitan. Dia mengerti apa yang ku butuhkan, apa yang harus kukenakan jika keadaan seperti demikian. Sepanjang perjalanan ini sudah ku pikirkan. :D
Jas Hujan Di Awal Desember


Tidak ada yang lebih hebat darinya dikehidupanku, yang berjuang mati-matian menafkahi dan membesarkanku. Dimatanya, terlihat ada aku, adikku, terlebih lagi ibuku. Dia pahlawanku, malaikat yang terlihat setelah ibuku. Ayahku, superheroku, kebanggaanku.

Ini bukan promosi, apalagi pamer. Ini cuma sebuah inspirasi yang tercipta karena realita. :)

0 Response to "Jas Hujan Di Awal Desember"

Post a Comment