Sepertinya aku harus mengurung kembali diriku dalam sepi yang sangat lama. Aku merasakan sesuatu yang berbeda, sangat berbeda...dimasa lalu, waktu itu sudah ku katakan dengan sangat jelas seperti apa maksud hatiku, tapi sedikitpun kau tidak pernah memahami. Kau terus saja berjalan hingga benar-benar jauh dari pandanganku, bahkan untuk sekadar memanggilmu mungkin tidak akan bisa, kau telah menutup matamu terhadapku, menutup telingamu untuk tidak mendengarku, dan menutup hatimu untuk mengenangku. Aku tahu, kau bahagia kini. Aku tahu... :)
Aku sudah berusaha menjauhkanmu dari ranah pikiranku, berusaha menutupi kekurangan hariku dengan tetap tertawa meski sendirian, tanpamu. Aku ingin segera hilang dan tidak lagi terikat pada bayang-bayangmu, aku tersiksa, dan kau tidak akan pernah tahu rasanya. Bukan, salahmu. Bukan karena kau tinggalkan aku, tapi karena aku yang belum bisa menanggalkanmu pada dinding tanpa ruang di hatiku. Aku yang masih belum bisa, menghapus namamu, dan menggantinya dengan nama lain untuk menjadi tulisan yang indah. Aku yang masih belum bisa mengganti penaku dengan tinta yang lain selain tinta yang kau berikan padaku, waktu itu. Masih belum bisa.
Tapi, kau berbeda...kau telah memilih keputusan yang mungkin benar untuk dirimu. Yang tepat untuk hidupmu, sesuai dengan takdirmu. Aku paham...aku berusaha menerima kenyataan yang seperti itu, perlahan-lahan, pasti aku akan bisa menerimanya. Meski terkadang itu rasanya tidak adil untukku, tapi harus kusanggupi sebagai jalanku, untuk tujuan akhir dari akhir hidupku. Melihatmu dari sisi yang tidak terlihat dihidupmu pun aku masih merasa bahagia. Masih bahagia. Jika kau melihat keanehan warna pada senja, itulah warnaku yang terlukis rindu bersamanya, jika kau merasakan rintik yang berbeda dari rinai hujan yang mengguyurmu, itu adalah suaraku yang tertitip rindu bersamanya. Jika kau mendengarkan hembusan angin yang bertiup pelan, itulah do'aku yang tertitip cinta bersamanya.
Tidak ada lagi caraku untuk menyapamu, selain menitipkannya pada alam. Aku hanya maya dalam dunia khayal yang tidak bisa kau jangkau, aku sadar itulah kekuranganku. Aku mengerti tidak seharusnya aku ada dihari-harimu sebelum hari ini, harusnya aku tidak pernah hidup dihidupmu selama ini. Hanya saja takdir yang membawaku hingga pertemuan singkat waktu itu, dan aku masih saja membayangi pertemuan yang tak terduga untuk berkata selamat tinggal untuk selamanya, mungkin. Aku masih berharap. Hingga saat ini, walaupun sangat kecil kemungkinan untuk itu.-
Aku hanya bisa merenungi, apa yang seharusnya ku lakukan untuk bisa membuat semuanya menjadi seperti biasa.
Berpikir sebanyak apapun, akan ku coba. Memilih pilihan yang mungkin tidak ada dalam harapanku, sekalipun. Jika itu bisa membuatkan kita kisah yang lebih baik, meski tidak lagi dalam satu jalan yang sama.
Dan berpikir untuk memulainya dengan senyuman, dan tanpa keragu-raguan. Aku yakin bisa. Walau tanpamu, tanpa senyummu.
Lalu, menulis cerita yang menyenangkan. Kisah yang tidak terduga mungkin akan lebih baik, nantinya. Dan kau, sudah pasti bahagia di dalamnya. Semoga aku juga pun merasainya.
0 Response to "Masih Saja"
Post a Comment