Pelangi Di Ujung Senja
Sore yang mendung, mengantarku pada sebuah jalan yang penuh sesak, karena udara tercemar penuh debu yang menghitamkan tenggorokan. Pekat, hingga ke rusuk terasa menyiksa. Aku hanya bisa diam, lalu merasa aku adalah orang bodoh diantara sekian orang bodoh, tetap membiarkan hidungku menghirup udara itu dan membuat dinding paru-paruku semakin menyempit. Kejadian yang membuatku bingung, aku tidak punya cara lain untuk tetap hidup tanpa udara, tapi perlahan-lahan kematian di depanku karena udara itu sendiri. Aku hanya berharap pada takdir.
Tanpa sengaja, aku menengadahkan wajahku ke langit, aku melihat sekelilingnya, sangat gelap, dempulan awan memenuhinya, tidak membiarkan sedikitpun celah menjadi tempatnya menyapa dunia, langit tak bergerak, hujan belum bertandang, gerimis pun masih ragu untuk menghujat tanah. Pandanganku berhenti disuatu titik temu yang tak biasa, aku melihat keelokan yang lain diantara hitam-hitam yang bertahta itu, sebuah garis lengkung berwarna, sangat indah. "Pelangi" itu namanya. Warnanya jelas, meski mataku nampak buram, tapi geris-garisnya jelas, warna itu menyatu, diantara warna merah dan jingga, ada warna lain, diantara kuning dan jingga juga ada warna lain, kuning dan hijau diantaranya ada warna lain, hijau dan biru pun sama ada warna yang lain, biru dan ungu itu diantaranya tercipta warna lain, demikianpun biru dan nila itu ada warna baru... Aku masih belum tahu itu warna apa, tapi ada... Mataku masih bisa melihatnya, mungkin saja perpaduan warna yang di atas dengan warna yang di bawahnya, apa itu... aku masih belum paham, itu yang aku tangkap, atau mungkin itu warna abu-abu yang masih belum jelas akan menjadi warna apa setelahnya...
Mataku tak lepas dari warna-warna itu, membiarkan setiap centinya terukur baik oleh retina mataku. Perjalanan yang seolah mengejar pelangi itu, agar segera menemukan dimana ujungnya mulai terlukis, atau dimana akhir pemberhentiannya. Sangat menyenangkan hatiku, aku mengejar pelangi, sepertinya. Aku ingin segera tahu warna apa yang aku maksud itu... Tiba-tiba panampakan yang lain muncul, membuat hatiku semakin bersyukur atas apa yang terjadi hari ini, hujan tak ada, gerimis tak lama, dan akhirnya dua pelangi melingkari bumiku ini. Tumpukan warna-warna itu diantarai awan gelap yang pekat, mungkin dua titik bening tertangkap oleh sinar matahari yang berhasil menembus tebalnya awan hitam itu, sehingga ada dua bentangan yang terpisah jarak beberapa meter, mungkin. Aku memotretnya, menjadikannya agenda teristimewa hari ini.
Munifa
Makassar, 05 Juni 2013
0 Response to "Pelangi Di Ujung Senja"
Post a Comment