Bismillahirrahmanirrahiim.
Sulit sekali untuk memulai menuliskan ini, aku tidak bisa memilih mana yang harus kudahulukan. Semuanya sama, sama berharganya, sama besarnya dan sama dariNya. Nikmat yang dilimpahkanNya dihari-hari yang lalu, dan disimpankan untuk hari esok. Dia tidak pernah membatasi, kapan nikmatNya berhenti, tetap mengalir, bergantian, satu per satu, hingga diri sendiri lupa bahwa nikmat itu telah dihabiskan oleh keangkuhan, oleh ego yang ditinggikan, naif yang berlebihan, dan nafsu yang diutamakan. Aku begitu saja meminta tanpa tahu itu darimana, aku yang terus memenangkan keinginan, dan terus mencari dimana itu keadilan. Selalu merasa kurang, selalu meminta lebih dari yang Dia lebihkan. Mengutamakan kesenangan, melupakan rasa rendah hati, dan tidak peduli apa itu kesyukuran.
Itu dulu, ketika aku masih belum mengerti, ketika aku buta dan tuli tentang kesabaran, dan aku tidak tahu apa itu rasa syukur. Anugrah yang Dia datangkan membukakan mata hatiku, melepaskan tali setan dari jiwaku, dan merenggut cintaku, cintaku, cintaku, rinduku dan hatiku. Itu Dia Allah, dengan segala kemaafan yang Dia janjikan, segala nikmat, dan juga kecintaanNya. Yang menjadikanku ada, menciptakanku dengan Tangan tanpa wujudNya, dengan sekali tiupan tanpa jeda, dan melepaskanku tanpa ragu aku akan meninggalkanNya. Kala itu, aku terlelap dalam tidur yang menenangkan jiwaku, aku tidak sadar dan tidak tahu bagaimana cara untuk bangun dari kenyamanan yang telah menjeratku. Dan Dia datang, dengan perantara yang tidak kuketahui, memberiku dera hingga aku terperangkap dalam kegelisahan, dan meninggalkan jera pada hatiku yang pernah lupa. Lupa untuk tidak serakah, lupa untuk tidak bermain-main dengan dunia. Aku terlentang di atas rasa bersalah yang mencekam, menusuk, dan mematikan rasaku. Aku mengaku itu salahku. Harus kuakui, saat ini, dan untuk selamanya...
Aku bersyukur pada apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Insya Allah. :)
0 Response to "Rasa Syukur PadaNYA"
Post a Comment