Kesalahanku Memilihmu

Aku selalu percaya kepada sesuatu yang disebut takdir. Seperti ketika Tuhan mempertemukan kita dalam keadaan yang tak terduga, antara dua pasang mata yang sebelumnya tak bersitatap, dan antara hati yang sebelumnya saling menjaga; untuk tetap sendiri saja atau untuk seseorang yang tersembunyi di sana. Aku, entah ada apa denganku. Di perjalanan aku menemukanmu membisu dalam lamunan. Sejenak aku berpikir, untuk apa aku menemuimu? Apa gunanya aku menanyakanmu? Dan sebab apa aku harus mendekatimu? Tapi kakiku melangkah sedekat yang ia inginkan; tanpa mempedulikanku, tanpa menghiraukan pikiranku, tanpa mengerti betapa malunya aku.

Kulihat kau dengan ekor mataku. Matamu sembab, ada tetes-tetes bening mengepul di pelupuknya. Ah, aku bisa apa? Sedangkan aku sendiri bingung mengapa aku di sana? Sekali lagi aku terjebak oleh ketidakberdayaanku sendiri.

Kesalahanku Memilihmu

“Aku tahu ini sangat sulit. Sulit karena aku harus memilih diantara dua hati yang saling terkait dengan hatiku. Mungkin aku salah. Salah karena tak mencegahnya sejak awal. Aku salah karena aku tetap membiarkannya menjadi bayang-bayang yang aku sendiri tak mengerti mengapa kamu dan dia selalu ada. Kamu, adalah hati yang ingin kujaga. Dan dia, adalah hati yang ingin kusempurnakan. Betapa bodohnya aku. Tapi aku tak berdaya dalam keadaan apapun juga untuk saat ini. Aku sendiri ingin agar hatiku tak lagi di sini, kuingin aku pergi tanpa harus kembali. Namun, aku tak sanggup jika harus meninggalkan kedua hati yang selama ini membuatku tersenyum tanpa alasan. Hati yang selalu menemaniku dalam luka dan air mata.
Telah kuputuskan, aku harus memilih satu diantara keduanya. Walaupun mungkin akan ada yang terluka, meski akhirnya ada yang tak bersedia, atau mungkin akan ada perkara yang harus kutanggung sendirian. Maafkan aku, kepada hati yang harus terluka  karenaku. Maafkan aku, karena membuatmu merasakan ketidakadilan. Tapi harus bagaimana aku?
Aku memilih untuk meninggalkanmu di sana. Aku memilihmu untuk menjauhkanmu dari luka yang lebih dalam. Jujur saja, kurasa itu adalah kesalahan. Tapi, kurasa benar jika aku menyelamatkan satu hati yang ingin kujaga kesempurnaannya. Benar jika aku berusaha memperbaikinya.
Jika setelah ini kau tak lagi ingin mengenalku, aku paham dan aku akan mencoba mengerti hati. Memeliharanya agar tak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan suatu ketika aku pergi, takkan ada penyesalan yang tertinggal dan menjadi penyebab kesukaran disetiap perjalananku nanti. Kumohon padamu, agar mengerti maksud hatiku-yang kadang pilu meninggalkanmu sendiri. Sedangkan aku harus tetap tegar menjaga kokohnya hati yang lain. Kumohon padamu, untuk tidak lama membenci. Agar kesalahan ini tak jadi boomerang untuk saling menyakiti.”

Dan aku mendengar kau berbisik pada hatimu yang beku, tentang pilihan yang membuatmu sesak seketika. Kurasakan sedih yang begitu dalam-dan hampir membunuhmu, kutahu pasti luka yang bersarang dalam dirimu yang begitu hebatnya. Dan entah ada apalagi dengan tanganku yang tanpa sadar bergerak menggenggam jari-jarimu, dan hatiku yang sontak ingin mengobatimu. Seperti ada kerelaan agar aku bisa menerima kesalahanmu sebagai sesuatu yang harus kuperbaiki, agar kisah ini menjadi lebih bermakna dan nyata adanya. Saat itu aku menyadari kesalahanku memilihmu harusnya lebih awal kulakukan. Agar semua tak jadi sia-sia. Dan tak perlu ada luka yang tak berdarah.


0 Response to "Kesalahanku Memilihmu"

Post a Comment