Cerita untuk Hari Tua


Cerita untuk Hari Tua
Buatkan aku sebuah gubuk untuk menikmati senja setelah terik membakar kulit hitam ini, untuk membuat masakan yang lebih sering kau sebut-sebut, dinikmati bersama potongan-potongan canda tawa yang memecah kesunyian. Buatkan gubuk yang tak lebih luas dari sepetak rumah itu, agar disana aku bisa merasakan kehangatan yang tidak mereka miliki. Hanya untuk kita saja, nanti.

Jika berlalu petang, dan fajar mulai menyingsing hari yang berbeda, maka kita akan terbangun seperti biasa. Berdiri untuk memuja, meminta kepadaNya kesyukuran atas segala ketabahan. Saat itu adalah yang paling kunanti untuk berdiri bersamamu-di belakangmu-sebagai makmummu. Mendengarkan dengan tenang suaramu yang melagukan kalimat-kalimat Pencipta yang Abadi. Itu impianku-nanti. Ketika mungkin wajah alam semakin sulit dikenali, saat mata mulai melihat cahaya yang buram, dan kita adalah yang termakan usia. "Bahagia itu ketika membayangkan, aku dan kamu menjadi kita."

Related Posts :

  • Pundak Ayahku Pundak Ayahku Lagi dan lagi aku duduk di belakang ayahku. Bersandar di punggungnya membebaskan lelahku. Untuk kesekian kalinya, sudah ta… Read More...
  • Secarik Kertas untuk Engkau Baca Secarik Kertas untuk Engkau Baca "Pernahkah terlintas dipikiranmu, bahwa aku yang akan menjadi anakmu?" Aku ingin tahu tentang itu. Tent… Read More...
  • Ketakutanku pada Hari Esok Air mata kembali mengepungku, memberi resah tanpa batas di kepalaku. Rasa takut meremas mengempiskan dadaku, menjerit pun aku tak mampu. Du… Read More...
  • Malam, Sebelum Menutup Mata Malam, Sebelum Menutup Mata Ini tentang kegelapan yang mungkin kembali terang, atau tetap gelap dimataku.  Sebelum pekat melumuri … Read More...
  • Aku Tahu Kamu Aku Tahu Kamu Rasanya sudah berbeda, hari ini terjadi banyak hal yang tidak biasa. Engkau diam, dan itu menjadi beban. Aku seperti tak m… Read More...

0 Response to "Cerita untuk Hari Tua"

Post a Comment