Buatkan aku sebuah gubuk untuk menikmati senja setelah terik membakar kulit hitam ini, untuk membuat masakan yang lebih sering kau sebut-sebut, dinikmati bersama potongan-potongan canda tawa yang memecah kesunyian. Buatkan gubuk yang tak lebih luas dari sepetak rumah itu, agar disana aku bisa merasakan kehangatan yang tidak mereka miliki. Hanya untuk kita saja, nanti.
Jika berlalu petang, dan fajar mulai menyingsing hari yang berbeda, maka kita akan terbangun seperti biasa. Berdiri untuk memuja, meminta kepadaNya kesyukuran atas segala ketabahan. Saat itu adalah yang paling kunanti untuk berdiri bersamamu-di belakangmu-sebagai makmummu. Mendengarkan dengan tenang suaramu yang melagukan kalimat-kalimat Pencipta yang Abadi. Itu impianku-nanti. Ketika mungkin wajah alam semakin sulit dikenali, saat mata mulai melihat cahaya yang buram, dan kita adalah yang termakan usia. "Bahagia itu ketika membayangkan, aku dan kamu menjadi kita."
0 Response to "Cerita untuk Hari Tua"
Post a Comment