Dalam Kesederhanaan

Hidup di dalam lingkaranmu memberiku satu arti; betapa aku beruntung merasakannya. Dan kau masih, masih saja bisa menjadi yang bertahan untuk tetap tinggal bersamaku, mengisi ruang dalam ceritaku. Namamu, yang mungkin dulu sempat hilang, yang mungkin dulu sempat redup, karena aku dibutakan oleh hati yang tersakiti waktu itu. Atau karena aku tidak bisa menemukan nama lain selain namamu, yang bisa mengisi kekosongan dalam jiwaku. Aku yang masih belum sempat menghadirkan tawa yang lebih banyak, akan kucoba kali ini merangkai sebanyak-banyak mungkin tawa untukmu. Aku yang tidak perlu lagi mencari sejauh mungkin, mencari sejauh mataku memandang dunia, di depanku tersingkap bayangan kecil tergambar dengan sangat jelas, itu bayanganmu. Hadir dan datang tanpa kuminta kembali.

Dalam Kesederhanaan


Secercah harapan mungkin telah kau persiapkan, entahlah aku tidak tahu maksud hatimu. Tapi, aku percaya kau tidak akan pergi lagi. Aku yakin, karena sederhananya hadirmu membuatmu sulit untuk pergi dengan cara yang luar biasa. Ada kemapanan setelah kau kembali, mungkin dalam ruang yang pernah kau tempati memberimu sebuah pelajaran atau disaat kau melangkah pergi di perjalananmu kau menemukan sebuah acuan; memanggil hatimu untuk kembali. Meminta kakimu melangkah kembali, ke tempatku, kepadaku, ke hatiku. Dengan langkah yang pasti, tentunya terhitung satu dua tiga, kau mendekat lagi. Seperti sebuah kisah yang terulang kembali, kau mengingatkanku pada kisah yang lama yang telah ku simpan lalu kembali ku baca untuk kesekian kalinya, tiada jera, juga rasa bosan. Aku sudah ikut dalam plot ceritanya, menjadikan diriku satu-satunya tokoh yang bertahan dalam kegelisahan. Aku yang menjerit, meminta bantuan telah menemukanmu, kau orang itu. Orang yang mengulurkan tangannya lebih dari yang dia mampu, itu kau. Kau kembali. Aku tersentuh, hatiku tidak bisa menahan kegembiraan. Aku mencoba meraih lentik jari tanganmu, kelembutan yang kutemukan, sama seperti dulu disaat kita masih dalam kebersamaan yang lama. Aku bahagia, kala itu.

Kita, dalam langkah yang terhitung sama, satu, dua, tiga, tepat dengan nada yang seirama, dengan setapak yang sejalan, dan rute yang sebidang. Aku yang sempat ragu, menemukan titik terang bahwa keraguan itu adalah kesalahan. Kau, kini adalah nahkoda yang menjunjung rasa cinta di atas ketulusan dan keikhlasan-itu katamu. Aku mulai meredamkan keraguanku, aku menatap hingga kedalaman hatimu, disana-kutemukan kejujuran dan keteguhan hatimu. Aku melihatnya, iya...tepat di hati kecilmu. Tergambar jelas disetiap pandanganmu, di sudut dan disetiap tepian rasamu. Sederhananya nafasmu, membuatku tidak bergeming diantara ingar-bingar kekecewaan, aku mulai merasa, denganmu aku bisa bertahan. Denganmu, aku bisa. Karena sederhananya cinta, kau dan aku selalu bersama.

0 Response to "Dalam Kesederhanaan"

Post a Comment