Menatap Matamu, Cinta

Aku mungkin telah lupa, lupa caranya mengeja kata. Sehingga banyak hal yang tak lagi bisa kutuliskan; termasuk besar cintaku kepadamu-yang semakin dalam. Kurasa.

Menatap Matamu, Cinta

Kali ini, kita telah sampai pada lembar yang sudah tak dapat ku hitung lagi. Mungkin seribu, atau bahkan lebih daripada itu. Tahukah kamu, aku sudah lupa rasanya jatuh cinta, karena aku telah mencintaimu berkali-kali lipat, dan itu membuatku bahagia. Mencintaimu dengan sederhana seperti caramu membuatku tersenyum sesaat sebelum aku terlelap, dan sekian detik setelah  aku terbangun di pagi yang buta.

Banyak yang bertanya kepadaku; semacam menguji atau merasa heran mungkin; "Mengapa aku masih saja betah duduk berlama-lama menunggumu di sini?" Aku hanya diam, tersenyum sedikit lama. Mereka tidak tahu rasanya, mereka tidak tahu apa-apa tentang dirimu, tentang aku, tentang kita. Dan tentang pengorbananmu,  kepiawaianmu, tentang ketulusanmu menjagaku. Mereka tidak pernah tahu.

Yang mereka lihat, bahwa kau selalu mengejekku-padahal kau hanya berpura-pura. Aku selalu tahu. Yang mereka dengar kau selalu mengkambing-hitamkan aku-padahal semua hanya permainan yang lebih sering kita mainkan bahkan jika hanya ada kita saja, berdua. Mereka tidak tahu, tapi aku tahu. Mereka yang selalu salah paham terhadap kita. Mereka yang selalu memandang kita dari satu sisi saja. Ah, mereka. Aku sudah tak peduli lagi apa-apa.

Di sana, dalam retina matamu aku melihat pancaran sinar, bersemayam di balik tatapan teduh penuh cinta. Sayup kudengar angin berbisik "dia mencintaimu". Menenggelamkanku pada kerinduan tanpa batas. Inikah cinta yang selama ini merasukiku? Tega mengurungku pada jeruji rasa yang tak lagi kutemukan jalannya selain menuju tempatmu. Hingga aku lupa cara untuk berlari bebas-sebab radarku hanya bisa menemukanmu. Disana, ada kau dan juga cinta.

-Faa-

0 Response to "Menatap Matamu, Cinta"

Post a Comment